Sunday, July 28, 2013
PLN Gandeng Perusahaan China Bangun PLTU Pangkalan Susu Rp 2 Triliun
Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pangkalan Susu Unit 3 dan 4 berkapasitas 2 × 200 Mega Watt (MW) dibangun di desa Pasir, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
Kontrak pembangunan PLTU Pangkalan Susu ditandangani pada hari ini oleh Direktur Utama PLN Nur Pamudji dengan Chief Representative Sinohydro Corporation Limited Deng Xi asal China mewakili konsorsium Sinohydro Corporation Limited-PT Nusantara Energi Mandiri sebagai kontraktor pembangunan.
Menurut Nur Pamudji, Proyek PLTU Pangkalan Susu unit 3 dan 4 ini penting untuk menambah pasokan listrik ke Sumatera Utara yang dalam beberapa waktu lalu mengalami keterbatasan cadangan listrik.
Nur Pamudji juga mengungkapkan masih terdapat beberapa calon pelanggan PLN dari golongan industri dan bisnis yang masih menunggu layanan listrik dari PLN.
"Itulah kenapa proyek ini sangat penting bagi PLN. Saya harap konsorsium mampu menyelesaikan proyeknya sesuai kontrak, 42 bulan untuk unit 3 dan 45 bulan untuk unit 4," ucap Nur Pamudji dalam siaran pers, Senin (15/7/2013).
PLTU Pangkalan Susu adalah pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batubara. Proyek ini merupakan PLTU yang termasuk program
percepatan (Fast Track Program/FTP) 10 ribu MW tahap II. PLTU Pangkalan Susu unit 3 dan 4 memiliki perbedaan dengan unit 1 dan 2
yang sudah lebih dulu dibangun.
"Pangkalan Susu yang baru ini kita menggunakan standar intenasional. Bukan standar GB (Guobiao Standards) dan harus menggunakan peralatan
lokal sebesar 40 persen. Jadi saya menyarankan kontraktor menggunakan produk yang sudah diproduksi di Indonesia, seperti transformer atau
perlengkapan lainnya," kata Nur Pamudji.
Proyek yang digarap oleh konsorsium Sinohydro Corporation Limited-PT Nusantara Energi Mandiri ini, sesuai kontrak akan diselesaikan dalam
waktu 42 bulan untuk unit 3 dan 45 bulan untuk unit 4. Konsorsium mendapatkan dana pembangunan dari Preferential Buyer’s Credit Pemerintah Republik Rakyat China dan anggaran PLN (APLN). Nilai kontrak proyek PLTU Pangkalan Susu adalah US$ 235,964,273 dan Rp 196 miliar.
Tuesday, July 16, 2013
Sinyal Batu Bara Segera Pulih?
Bidang jasa yang lebih banyak bergelut pada tahap eksplorasi pertambangan itu, bahkan sempat kehilangan pangsa pasar, saat penurunan produksi batu bara mencapai titik terendah sekitar pertengahan tahun lalu.
“Karena sebagian pangsa pasar kami adalah pertambangan batu bara. Bahkan, sempat tak menganggur hingga berbulan-bulan,” ucap Akhmad Munawir Adam, direktur PT Bumi Indonesia, perusahaan konsultan pertambangan batu bara.
Selain penurunan omzet, kata dia, perusahaannya juga dihadapkan pada beberapa perusahaan tambang yang belum melunasi biaya konsultasi dan pengeboran. “Sebenarnya masalah utama adalah pada pembayaran ini. Karena kalau omzet, kami bisa cari di sektor lain,” ucapnya.
Khusus untuk jasa pemetaan, sektor konstruksi hingga properti juga menjadi pangsa perusahaan yang berpusat di Jalan Tantina, Samarinda itu. “Karena, teknis kerjanya tak jauh berbeda dari tambang. Hanya untuk properti mungkin perlu lebih detail karena menghitung tingkat kerapatan juga,” papar pria yang akrab disapa Nawir itu.
Kendati demikian, dia menyebut perusahaan batu bara tetap menjadi pangsa utama mereka. “Karena jasa kami ini dibayar sesuai luas wilayahnya,” bebernya.
Dampak lain karena harga batu bara yang anjlok itu, kata dia, banyak perusahaan batu bara yang hingga tutup belum juga dapat melunasi biaya konsultasi.
“Ada pula yang perlu bertahun-tahun melunasinya,” ucap alumnus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jogjakarta itu.
Pembayaran yang telat tersebut, diketahuinya juga sebagai penyebab perusahaan konsultan tambang gulung tikar. “Dampaknya pasti ke kami juga. Yang saya tahu, di Samarinda sudah ada dua perusahaan konsultan tambang yang tak lagi aktif,” ungkapnya.
Nawir mengatakan, hal-hal semacam ini tak pernah terjadi sebelum batu bara jatuh sejak tahun lalu. “Untungnya sekarang situasinya sudah mulai membaik. Permintaan juga sudah mulai kembali ramai,” sambungnya.
Sementara itu, perusahaan konsultan tambang lainnya, PT Indosurvey Mining Service (IMS) juga mengalami situasi yang sama. Meskipun telah pulih, sampai saat ini mereka tetap harus mengimbangi pemasukan melalui penjualan alat dan mencari pengguna jasa hingga ke luar Kaltim.
“Kami saat ini melayani konsultasi untuk perusahaan batu bara di Jambi dan Palembang,” ucap Direktur PT IMS Fery Nugroho.
Dia mengatakan, saat ini banyak perusahaan tambang yang menahan produksinya, karena harga batu bara belum sebagus dua tahun lalu. “Kebanyakan mereka hanya memproduksi dan menjual batu bara, sebatas memenuhi kebutuhan operasional perusahaan, seperti membayar gaji karyawan dan perawatan peralatan,” katanya.
Saat anjlok lalu, dia menyebut, perusahaannya nyaris tak mendapat omzet sama sekali dalam sebulan. “Padahal ketika sedang bagus, kami bisa melayani hingga lebih dari sepuluh kali dalam sebulan.”
Kondisi pertambangan batu bara yang mulai membaik, kata Fery, terlihat dengan meningkatnya omzet perusahaan yang berpusat di Balikpapan itu. “Saat ini kami bisa melayani hingga tujuh permintaan jasa pemetaan dan pengeboran dalam sebulan,” kata dia.
Kendati demikian, Fery menyebut, tak seluruhnya berhubungan dengan produksi batu bara. “Karena memang kami lebih banyak pada tahap eksplorasi. Kadang kami hanya diminta melakukan pengukuran oleh perusahaan yang sekadar ingin menjual lahan tambangnya,” pungkasnya. (*/man/wan/k1)
Monday, July 15, 2013
POTENSI BATU BARA DI RIAU
POTENSI BATU BARA DI RIAU | ||
Kabupaten Bengkalis
Lokasi: Kecamatan Rupat Kabupaten Indragiri Hulu Lokasi: Kecamatan Peranap dan Batang Peranap, Kelayang dan Batang Gansal Cadangan: 726.000.000 m3. Produksi batubara yang dihasilkan oleh PT. Riau Bara Harum sebesar 1.243.268 ton dan PT. Riau Muara Berlian sebesar 311.433 ton. Kuantan SIngingi Jumlah Produksi Batubara yang dihasilkan oleh PT. Manunggal Inti Artamas sebesar 167.592,11 dan PT. Tribakti Sarimas sebesar 44.332,71 ton Indragiri Hilir Jumlah Produksi yang dihasilkan oleh PT. Bara Prima Pratama adalah sebesar 186.432,64 ton
Sumber Data: Laporan Triwulan perusahaan Bidang PU Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Riau Updated: 09-7-2013 | ||
POTENSI BATU BARA DI SUMATERA BARAT
POTENSI BATU BARA DI SUMATERA BARAT |
Kabupaten Lima Puluh Kota
Lokasi: Galugus, Kapur IX Prakiraan Potensi: 7.100.000 ton Keterangan: Ketebalan 20 cm, 40 cm dan mencapai 300 cm, nilai kalori 6000-7000 Kkal/kg Lokasi: Kanagarian Koto Lamo Kecamatan Kapur IX dengan prakiraan potensi spekulatif sebesar 4.700.000 ton Lokasi: Kanagarian Mangilang Kecamatan Pangkalan Koto Baru dengan prakiraan potensi spekulatif 24.700.000 ton Lokasi: Rimbo datar, Pangkalan koto Baru, Sumur Batu, Harau, Tanjung Pati Kabupaten Pasaman Lokasi: Parit Silayang, Rao Mapat Tunggul Keterangan: Ketebalan Lapisam mencapai 0,6 m, nilai kalori 7.600 kkal/kg Kabupaten Pasaman Barat Lokasi: Desa Jambak, Kecamatan Lubuk Sikaping Prakiraan Potensi: 1.800.000 ton (spekulatif) Lokasi: Desa Batu Kambing, Kecamatan Mapat Tunggal Prakiraan Potensi: Spekulatif 2.500.000 ton Kabupaten Pesisir Selatan Lokasi: Jorong Lumpo Kecamatan IV Jurai Prakiraan Potensi: Tereka 33.508.800 ton Keterangan: Nilai kalori 5000-7000 Kkal/kg Lokasi: Penadah Prakiraan potensi: Terukur 517.000 ton keterangan: Nilai Kalori 6.800 Kkal/kg Lokasi: Surantih Keterangan: Ketebalan Singkapan 0,5-4,7 meter, Nilai kalori 6500 Kkal/kg Lokasi: Tarusan Prakiraan Potensi: Terukur 2.000.000 ton dengan ketebalan lapisan 0,5-4,7 meter. kalori 6.000-7.000 Kkal/kg Lokasi: Kampung Mapang Tulak, Kecamatan Basa Ampek balaidengan prakiraan potensi tereka 325.400 ton, dan kalori 5.758-7.162 Kkal/kg. Lokasi: Kampung Kumbung, Kanagarian Lunang Kecamatan Lunang Silaut dengan prakiraan potensi tereka 6.758 Ha Lokasi: Kanagarian Indrapura, Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Sawahlunto/Sijinjing Lokasi: Tunggul, Jujuhan, Sinamar Prakiraan potensi: terukur 28.000.000 ton Keterangan: Ketebalan 0,80-4,8 m, Kalori 4.000-6.000 Kkal/Kg Lokasi: Ombilin dengan prakiraan potensi terukur 96.000.000 ton Lokasi: Sei Tambang dengan prakiraan potensi terukur 5.904.837 ton. Keterangan: Nilai Kalori 4.000-5.000 Kkal/Kg Lokasi: Sisawah Prakiraan Potensi: Tereka 4.000.000 ton. Keterangan: Nilai Kalori 6.000-7.000 Kkal/kg Lokasi: Lubuk Tarab Prakiraan Potensi: Hipotetik 1.215.000 ton Lokasi: Parambahan Prakiraan Potensi: Terukur 14.093.000 ton Keterangan: Nilai Kalori 6.800 Kkal/kg Kabupaten Solok Lokasi: Sulit Air, X Koto Diatas Prakiraan Potensi: tereka 2.675.800 ton. Keterangan: Nilai kalori 4.500-7.400 Kkal/kg Lokasi: Talang Babungo, Lembah Gumanti Prakiraan Potensi: Sumberdaya (7500 Ha) Lokasi:Air Luo, Payung Sesaki Keterangan: Ketebalan Singkapan 60 cm, kandungan Sulfur 0,3-0,4% nilai Kalori 6.500Kkal/kg Lokasi: Sawah Luar, Pasilihan, Sulit Air, X Koto Diatas Prakiraan Potensi: Terukur 1.236.131 ton (100 Ha) Kabupaten Tanah Datar Lokasi; Talago gunung, Tanjung Mas dengan tahapan inventarisasi ketebalan 20 - 40 cm Lokasi: Jorong Taruko, Nagari Taluk, Kecamatan Lintau Buo Prakiraan Potensi: terindikasi 3.549 ton (0,5 Ha dari 25 Ha) Keterangan: Penyelidikan Umum tebal 10-35 cm, Kalori 5.500-6.000 Kkal/kg. |
POTENSI BATU BARA DI SUMATERA UTARA
POTENSI BATU BARA DI SUMATERA UTARA |
Kegunaan Batu Bara : Sebagai Sumber Energi dan Untuk Pembuatan Briket
Lokasi : Desa Rantau Panjang Kecamatan Lingga Bayu Kabupaten Mandailingnatal. Status : Penyelidikan Pendahuluan. Analisa Kimia : CV=4820-6775 kkal/g, FM=0,8-3,0 %, TM=2,9-5,8%, M=2,2-5,8%, VM=31,3-39,6%, Ash=13,4-35,3%, S=1,64-7,88%. Lokasi : Desa Pulaupadang Kecamatan Lingga Bayu Kabupaten Mandailingnatal. Koordinat 00o31'44" LU-99o16'33" BT. Status : Penyelidikan Pendahuluan. Lokasi : Desa Pergarutan Kecamatan Padangsidempuan Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan. Status : Eksplorasi Pendahuluan. Cadangan : 1.000.000 ton. Analisa Kimia : CV=4.282 Kal/g, IM=36,80%, AC= 6,72%, VM=35,32%, S=0,55%, Ash=6,72%, C=47,26%. Lokasi : Desa Ampolu Kecamatan Padangsidempuan Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan. Status : Penyelidikan Pendahuluan. Lokasi : Jonggoljae kecamtan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan. Status : Penyelidikan Pendahuluan. Keterangan : Berupa Lensa-lensa. Lokasi : Desa Alobanbair Kecamatan Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah. Status : Penyelidikan Pendahuluan. Analisa Kimia : CV=7.200 kkal/g. |
Batubara Tanjung Enim, Dari kolonialisasi Hingga Nasionalisasi
Batubara Tanjung Enim, Dari kolonialisasi Hingga Nasionalisasi
Sumber Artikel: http://www.berdikarionline.com/opini/20130407/batubara-tanjung-enim-dari-kolonialisasi-hingga-nasionalisasi.html#ixzz2ZAxtzDL6
Follow us: @berdikarionline on Twitter | berdikarionlinedotcom on Facebook
POTENSI BATU BARA DI SUMATERA SELATAN
POTENSI BATU BARA DI SUMATERA SELATAN | ||||||||||
Potensi Batu Bara yang di miliki Provinsi Sumatera Selatan di ketahui mencapai sekitar 85% dari total cadangan yang terkandung dalam bumi Sumatera, atau sekitar 22,24 milyar ton. Dalam program Sumatera Selatan sebagai lumbung energi nasional, energi Batau Bara diposisikan sebagai salah satu sumber energi alternatif pasca minyak bumi.
Lokasi: Kabupaten Lahat, Kabupaten Muaraenim, Kabupaten Musibanyuasin, kabupaten Musiwaras
Sumber Data: Profil dan Peluang Investasi di Sumatera Selatan Badan Promosi Dan Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi Sumatera Selatan Jl. Jendral Sudirman KM 4,5 No. 90 Palembang 30128 Telp 0711-411007 Fax 0711-411199 Updated: 09-7-2013 |
Friday, July 12, 2013
Daerah Usul Royalti Batu Bara Jadi 25 Persen
- Kamis, 11 Juli 2013 | 10:48 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Upaya pemerintah pusat untuk mengenakan tarif royalti lebih besar kepada perusahaan batu bara mendapat sambutan dari pemerintah daerah. Bahkan, Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) mengusulkan agar pemerintah mengerek tarif royalti batu bara menjadi 25 persen, baik ke perusahaan tambang pemegang izin usaha pertambangan (IUP) maupun pemegang perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B).
Usulan Apkasi ini disampaikan oleh Ketua Apkasi Isran Noor, Rabu (10/7/2013). Pertimbangan Irsan, selama ini pemerintah pusat dan daerah tidak mendapat banyak manfaat dari upeti yang diberikan perusahaan batu bara karena nilainya terlalu kecil. "Perusahaan kan hanya sebagai operator, pemiliknya tetap negara. Seharusnya bayarannya pun semakin besar," ungkap Irsan saat dihubungi KONTAN.
Sekadar mengingatkan, pemerintah pusat sejatinya sudah menyampaikan usulan kenaikan royalti batu bara ini kepada DPR. Namun, usulan pemerintah hanya naik menjadi 13 persen. Itu pun hanya diberlakukan terhadap perusahaan pemilik IUP. Selama ini perusahaan batu bara pemegang IUP terkena tarif royalti 3 persen-7 persen.
Usulan Apkasi ini tampaknya bakal sebatas wacana. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro menyebut persentase kenaikan royalti yang diusulkan Apkasi terlalu tinggi. Ia khawatir tarif royalti yang tinggi ini akan memberatkan perusahaan batu bara.
Terlebih lagi, selain royalti, perusahaan tambang batu bara juga dibebani pajak. "Pajak PKP2B itu bahkan ada yang 45 persen. Jadinya bisa mematikan industri pertambangan batu bara kalau royaltinya sebesar itu," kata Bambang kepada KONTAN, Rabu (10/7/2013).
Wakil Ketua Komisi XI Harry Azhar Azis menilai usulan Apkasi ini wajar dan rasional. Anggota Fraksi Partai Golkar ini pun menyarankan agar Apkasi menyampaikan usulan tersebut saat pemerintah dan DPR tengah membahas RUU Perimbangan Keuangan. Bahkan, Harry mengusulkan dalam kontrak pertambangan di suatu daerah, pemda setempat mendapatkan 20 persen golden share secara gratis.
Usulan Harry mendapat dukungan dari anggota Komisi XI asal PDI-P, Maruarar Sirait. Hanya saja ia berpendapat momen usulan tersebut sebaiknya dilakukan setelah pemberlakuan tarif IUP baru pada 2014 mendatang. "Kalau yang PKP2B royaltinya sudah 13 persen," tandas Maruarar.
Diskusi kenaikan tarif ini jelas membuat pengusaha batu bara jengah. Supriatna Sahala, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia (APBI), berpendapat, kebijakan pemerintah menaikkan royalti IUP menjadi 13 persen sudah memberatkan industri.
Ia mengklaim kebijakan tersebut akan membuat banyak perusahaan tutup. Hal tersebut mengingat bahwa harga batu bara saat ini sedang melemah karena permintaan pasar sedang lesu. (Margareta Engge Kharismawati, Anna Suci Perwitasari)
PTBA Bukukan Penjualan 8,79 Juta Ton Batu Bara
Direktur Utama PTBA Milawarma, mengatakan walau harga jual batu bara di pasar dunia mengalamipenurunan, PTBA tetap merealisasikan penjualan sesuai dengan kontrak yang telah dicapai dengan beberapa para pembeli asing dan dalam negeri. "Hingga Juni, perseroan telah menjual sebanyak 8,79 juta ton batu bara," ujar Milawarman di Palembang, Kamis (11/7).
Menurutnya, penurunan harga batu bara tidak mempengaruhi rencana pengembangan usaha yang telah menjadi target dalam rapat umum pemegang saham yang lalu. Pada tahun ini perseroan merencanakan peningkatan kapasitas pelabuhan Tarahan serta peningkatan kemampuan sandar kapal.
Sekretaris Perusahaan Joko Pramono menambahkan angka 8,79 juta ton tersebut menunjukkan terjadi peningkatan penjualan yang cukup tinggi bila dibandingkan priode yang sama tahun 2012. “Angka tersebut meningkat sekitar 19 persen dari periode yang sama tahun 2012 yang lalu,” ujarnya.
Joko juga menjelaskan, hingga saat ini perseroaan masih melakukan koordinasi dengan sejumlah anak perusahaan sebelum mengeluarkan rilis kinerja keuangan perseroan selama semester pertama 2013. “Untuk kinerja keuangan sampai saat ini masih dalam proses konsolidasi dengan anak perusahaan. Kalau sudah siap, segera akan dipublikasikan,” tambahnya.
Lebih jauh Joko menuturkan, tahun 2013, BUMN pertambangan batu bara ini menargetkan dapat mengkapalkan sekitar 20 juta ton batu bara ke pasar domestik dan mancanegara. Sementara tahun sebelumnya perseroan membukukan pencapaian produksi dan pembelian 15,61 juta ton atau naik 13 persen dari tahun sebelumnya. Sementara penjualan mencapai 16,28 juta ton atau naik 21 persen.
Thursday, July 4, 2013
PTBA teken kontrak pasokan 51,8 juta ton batubara
|
Bayan raih kontrak jual beli batubara 1,5 juta ton
|
Produksi Batubara Diprediksi Mencapai 400 Juta Ton
Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia Bob Kamandanu menyampaikan hal itu, usai menghadiri jumpa pers yang diselenggarakan Komite Kerja Lintas Asosiasi Pertambangan, Senin (15/4/2013), di Hotel Sultan, Jakarta.
Bob menjelaskan, realisasi produksi batubara triwulan pertama tahun 2013 sebanyak 93 juta ton atau rata-rata 31 juta ton per bulan. Sampai akhir tahun ini, realisasi produksi batubara diperkirakan mencapai 400 juta ton, lebih tinggi 20 juta ton dibandingkan realisasi produksi batubara tahun lalu yang sebanyak 380 juta ton.
Pihaknya mengeluhkan rendahnya penyerapan hasil produksi batubara untuk pasar domestik. Saat ini konsumen terbesar batubara di dalam negeri adalah PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Karena keterlambatan pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap yang menjadi bagian dari proyek percepatan 10.000 megawatt tahap satu, maka permintaan batubara nasional pun masih rendah.
Batubara secara umum
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.
Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
Materi pembentuk batu bara
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Penambangan
Tambang batu bara di Bihar, India.
Penambangan batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara digunakan sebagai bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan baja.[1]
Tambang batu bara tertua terletak di Tower Colliery di Inggris.
Kelas dan jenis batu bara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Pembentukan batu bara
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.
Batubara
Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.