Sunday, July 28, 2013

PLN Gandeng Perusahaan China Bangun PLTU Pangkalan Susu Rp 2 Triliun

Jakarta - PT PLN (Persero) hari ini menandatangani kontrak pembangunan PLTU Pangkalan Susu di Sumatera Utara senilai US$ 235,964 juta dan Rp 196 miliar, atau dengan total Rp 2 triliun lebih.

Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pangkalan Susu Unit 3 dan 4 berkapasitas 2 × 200 Mega Watt (MW) dibangun di desa Pasir, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. 

Kontrak pembangunan PLTU Pangkalan Susu ditandangani pada hari ini oleh Direktur Utama PLN Nur Pamudji dengan Chief Representative Sinohydro Corporation Limited Deng Xi asal China mewakili konsorsium Sinohydro Corporation Limited-PT Nusantara Energi Mandiri sebagai kontraktor pembangunan.

Menurut Nur Pamudji, Proyek PLTU Pangkalan Susu unit 3 dan 4 ini penting untuk menambah pasokan listrik ke Sumatera Utara yang dalam beberapa waktu lalu mengalami keterbatasan cadangan listrik. 

Nur Pamudji juga mengungkapkan masih terdapat beberapa calon pelanggan PLN dari golongan industri dan bisnis yang masih menunggu layanan listrik dari PLN.
"Itulah kenapa proyek ini sangat penting bagi PLN. Saya harap konsorsium mampu menyelesaikan proyeknya sesuai kontrak, 42 bulan untuk unit 3 dan 45 bulan untuk unit 4," ucap Nur Pamudji dalam siaran pers, Senin (15/7/2013).

PLTU Pangkalan Susu adalah pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batubara. Proyek ini merupakan PLTU yang termasuk program
percepatan (Fast Track Program/FTP) 10 ribu MW tahap II. PLTU Pangkalan Susu unit 3 dan 4 memiliki perbedaan dengan unit 1 dan 2
yang sudah lebih dulu dibangun.

"Pangkalan Susu yang baru ini kita menggunakan standar intenasional. Bukan standar GB (Guobiao Standards) dan harus menggunakan peralatan
lokal sebesar 40 persen. Jadi saya menyarankan kontraktor menggunakan produk yang sudah diproduksi di Indonesia, seperti transformer atau
perlengkapan lainnya," kata Nur Pamudji.

Proyek yang digarap oleh konsorsium Sinohydro Corporation Limited-PT Nusantara Energi Mandiri ini, sesuai kontrak akan diselesaikan dalam
waktu 42 bulan untuk unit 3 dan 45 bulan untuk unit 4. Konsorsium mendapatkan dana pembangunan dari Preferential Buyer’s Credit Pemerintah Republik Rakyat China dan anggaran PLN (APLN). Nilai kontrak proyek PLTU Pangkalan Susu adalah US$ 235,964,273 dan Rp 196 miliar.

Tuesday, July 16, 2013

Sinyal Batu Bara Segera Pulih?

Sinyal Batu Bara Segera Pulih?
Omzet Konsultan Tambang Merangkak Naik

 Beberapa bulan terakhir, industri batu bara memang menunjukkan tanda-tanda akan pulih, meskipun beberapa pihak meyakini tidak dalam waktu dekat. Kebangkitan sektor yang menjadi salah satu andalan ekspor Kaltim itu, terlihat dari merangkaknya permintaan terhadap jasa konsultan tambang, seperti topografi dan drilling(pengeboran) yang juga sempat ikut menurun.

Bidang jasa yang lebih banyak bergelut pada tahap eksplorasi pertambangan itu, bahkan sempat kehilangan pangsa pasar, saat penurunan produksi batu bara mencapai titik terendah sekitar pertengahan tahun lalu.

“Karena sebagian pangsa pasar kami adalah pertambangan batu bara. Bahkan, sempat tak menganggur hingga berbulan-bulan,” ucap Akhmad Munawir Adam, direktur PT Bumi Indonesia, perusahaan konsultan pertambangan batu bara.

Selain penurunan omzet, kata dia, perusahaannya juga dihadapkan pada beberapa perusahaan tambang yang belum melunasi biaya konsultasi dan pengeboran. “Sebenarnya masalah utama adalah pada pembayaran ini. Karena kalau omzet, kami bisa cari di sektor lain,” ucapnya.

Khusus untuk jasa pemetaan, sektor konstruksi hingga properti juga menjadi pangsa perusahaan yang berpusat di Jalan Tantina, Samarinda itu. “Karena, teknis kerjanya tak jauh berbeda dari tambang. Hanya untuk properti mungkin perlu lebih detail karena menghitung tingkat kerapatan juga,” papar pria yang akrab disapa Nawir itu.

Kendati demikian, dia menyebut perusahaan batu bara tetap menjadi pangsa utama mereka. “Karena jasa kami ini dibayar sesuai luas wilayahnya,” bebernya.

Dampak lain karena harga batu bara yang anjlok itu, kata dia, banyak perusahaan batu bara yang hingga tutup belum juga dapat melunasi biaya konsultasi.

“Ada pula yang perlu bertahun-tahun melunasinya,” ucap alumnus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jogjakarta itu.

Pembayaran yang telat tersebut, diketahuinya juga sebagai penyebab perusahaan konsultan tambang gulung tikar. “Dampaknya pasti ke kami juga. Yang saya tahu, di Samarinda sudah ada dua perusahaan konsultan tambang yang tak lagi aktif,” ungkapnya.

Nawir mengatakan, hal-hal semacam ini tak pernah terjadi sebelum batu bara jatuh sejak tahun lalu. “Untungnya sekarang situasinya sudah mulai membaik. Permintaan juga sudah mulai kembali ramai,” sambungnya.

Sementara itu, perusahaan konsultan tambang lainnya, PT Indosurvey Mining Service (IMS) juga mengalami situasi yang sama. Meskipun telah pulih, sampai saat ini mereka tetap harus mengimbangi pemasukan melalui penjualan alat dan mencari pengguna jasa hingga ke luar Kaltim.

“Kami saat ini melayani konsultasi untuk perusahaan batu bara di Jambi dan Palembang,” ucap Direktur PT IMS Fery Nugroho.

Dia mengatakan, saat ini banyak perusahaan tambang yang menahan produksinya, karena harga batu bara belum sebagus dua tahun lalu. “Kebanyakan mereka hanya memproduksi dan menjual batu bara, sebatas memenuhi kebutuhan operasional perusahaan, seperti membayar gaji karyawan dan perawatan peralatan,” katanya.

Saat anjlok lalu, dia menyebut, perusahaannya nyaris tak mendapat omzet sama sekali dalam sebulan. “Padahal ketika sedang bagus, kami bisa melayani hingga lebih dari sepuluh kali dalam sebulan.”

Kondisi pertambangan batu bara yang mulai membaik, kata Fery, terlihat dengan meningkatnya omzet perusahaan yang berpusat di Balikpapan itu. “Saat ini kami bisa melayani hingga tujuh permintaan jasa pemetaan dan pengeboran dalam sebulan,” kata dia.

Kendati demikian, Fery menyebut, tak seluruhnya berhubungan dengan produksi batu bara. “Karena memang kami lebih banyak pada tahap eksplorasi.  Kadang kami hanya diminta melakukan pengukuran oleh perusahaan yang sekadar ingin menjual lahan tambangnya,” pungkasnya. (*/man/wan/k1)

 

Monday, July 15, 2013

POTENSI BATU BARA DI RIAU

POTENSI BATU BARA DI RIAU 
 
Kabupaten Bengkalis
Lokasi: Kecamatan Rupat

Kabupaten Indragiri Hulu
Lokasi: Kecamatan Peranap dan Batang Peranap, Kelayang dan Batang Gansal
Cadangan: 726.000.000 m3. Produksi batubara yang dihasilkan oleh PT. Riau Bara Harum sebesar 1.243.268 ton dan PT. Riau Muara Berlian sebesar 311.433 ton.

Kuantan SIngingi
Jumlah Produksi Batubara yang dihasilkan oleh PT. Manunggal Inti Artamas sebesar 167.592,11 dan PT. Tribakti Sarimas sebesar 44.332,71 ton

Indragiri Hilir
Jumlah Produksi yang dihasilkan oleh PT. Bara Prima Pratama adalah sebesar 186.432,64 ton
PRODUKSI 20111.952.958

Sumber Data:
Laporan Triwulan perusahaan
Bidang PU Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Riau

Updated: 09-7-2013

Legenda
PropinsiKabupaten
Batu Bara
  Re-Draw Map

  

POTENSI BATU BARA DI SUMATERA BARAT

POTENSI BATU BARA DI SUMATERA BARAT 
 
Kabupaten Lima Puluh Kota
Lokasi: Galugus, Kapur IX
Prakiraan Potensi: 7.100.000 ton
Keterangan: Ketebalan 20 cm, 40 cm dan mencapai 300 cm, nilai kalori 6000-7000 Kkal/kg
Lokasi: Kanagarian Koto Lamo Kecamatan Kapur IX dengan prakiraan potensi spekulatif sebesar 4.700.000 ton
Lokasi: Kanagarian Mangilang Kecamatan Pangkalan Koto Baru dengan prakiraan potensi spekulatif 24.700.000 ton
Lokasi: Rimbo datar, Pangkalan koto Baru, Sumur Batu, Harau, Tanjung Pati

Kabupaten Pasaman
Lokasi: Parit Silayang, Rao Mapat Tunggul
Keterangan: Ketebalan Lapisam mencapai 0,6 m, nilai kalori 7.600 kkal/kg

Kabupaten Pasaman Barat
Lokasi: Desa Jambak, Kecamatan Lubuk Sikaping
Prakiraan Potensi: 1.800.000 ton (spekulatif)
Lokasi: Desa Batu Kambing, Kecamatan Mapat Tunggal
Prakiraan Potensi: Spekulatif 2.500.000 ton

Kabupaten Pesisir Selatan
Lokasi: Jorong Lumpo Kecamatan IV Jurai
Prakiraan Potensi: Tereka 33.508.800 ton
Keterangan: Nilai kalori 5000-7000 Kkal/kg
Lokasi: Penadah
Prakiraan potensi: Terukur 517.000 ton
keterangan: Nilai Kalori 6.800 Kkal/kg
Lokasi: Surantih
Keterangan: Ketebalan Singkapan 0,5-4,7 meter, Nilai kalori 6500 Kkal/kg
Lokasi: Tarusan
Prakiraan Potensi: Terukur 2.000.000 ton dengan ketebalan lapisan 0,5-4,7 meter. kalori 6.000-7.000 Kkal/kg
Lokasi: Kampung Mapang Tulak, Kecamatan Basa Ampek balaidengan prakiraan potensi tereka 325.400 ton, dan kalori 5.758-7.162 Kkal/kg.
Lokasi: Kampung Kumbung, Kanagarian Lunang Kecamatan Lunang Silaut dengan prakiraan potensi tereka 6.758 Ha
Lokasi: Kanagarian Indrapura, Kecamatan Pancung Soal

Kabupaten Sawahlunto/Sijinjing
Lokasi: Tunggul, Jujuhan, Sinamar Prakiraan potensi: terukur 28.000.000 ton
Keterangan: Ketebalan 0,80-4,8 m, Kalori 4.000-6.000 Kkal/Kg
Lokasi: Ombilin dengan prakiraan potensi terukur 96.000.000 ton
Lokasi: Sei Tambang dengan prakiraan potensi terukur 5.904.837 ton.
Keterangan: Nilai Kalori 4.000-5.000 Kkal/Kg
Lokasi: Sisawah
Prakiraan Potensi: Tereka 4.000.000 ton.
Keterangan: Nilai Kalori 6.000-7.000 Kkal/kg
Lokasi: Lubuk Tarab
Prakiraan Potensi: Hipotetik 1.215.000 ton
Lokasi: Parambahan
Prakiraan Potensi: Terukur 14.093.000 ton
Keterangan: Nilai Kalori 6.800 Kkal/kg

Kabupaten Solok
Lokasi: Sulit Air, X Koto Diatas
Prakiraan Potensi: tereka 2.675.800 ton.
Keterangan: Nilai kalori 4.500-7.400 Kkal/kg
Lokasi: Talang Babungo, Lembah Gumanti
Prakiraan Potensi: Sumberdaya (7500 Ha)
Lokasi:Air Luo, Payung Sesaki
Keterangan: Ketebalan Singkapan 60 cm, kandungan Sulfur 0,3-0,4% nilai Kalori 6.500Kkal/kg
Lokasi: Sawah Luar, Pasilihan, Sulit Air, X Koto Diatas
Prakiraan Potensi: Terukur 1.236.131 ton (100 Ha)

Kabupaten Tanah Datar
Lokasi; Talago gunung, Tanjung Mas dengan tahapan inventarisasi ketebalan 20 - 40 cm
Lokasi: Jorong Taruko, Nagari Taluk, Kecamatan Lintau Buo
Prakiraan Potensi: terindikasi 3.549 ton (0,5 Ha dari 25 Ha)
Keterangan: Penyelidikan Umum tebal 10-35 cm, Kalori 5.500-6.000 Kkal/kg.

Legenda
PropinsiKabupaten
Batu Bara
  Re-Draw Map

  

POTENSI BATU BARA DI SUMATERA UTARA

POTENSI BATU BARA DI SUMATERA UTARA 
 
Kegunaan Batu Bara : Sebagai Sumber Energi dan Untuk Pembuatan Briket

Lokasi : Desa Rantau Panjang Kecamatan Lingga Bayu Kabupaten Mandailingnatal. Status : Penyelidikan Pendahuluan. Analisa Kimia : CV=4820-6775 kkal/g, FM=0,8-3,0 %, TM=2,9-5,8%, M=2,2-5,8%, VM=31,3-39,6%, Ash=13,4-35,3%, S=1,64-7,88%.
Lokasi : Desa Pulaupadang Kecamatan Lingga Bayu Kabupaten Mandailingnatal. Koordinat 00o31'44" LU-99o16'33" BT. Status : Penyelidikan Pendahuluan.

Lokasi : Desa Pergarutan Kecamatan Padangsidempuan Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan. Status : Eksplorasi Pendahuluan. Cadangan : 1.000.000 ton. Analisa Kimia : CV=4.282 Kal/g, IM=36,80%, AC= 6,72%, VM=35,32%, S=0,55%, Ash=6,72%, C=47,26%.
Lokasi : Desa Ampolu Kecamatan Padangsidempuan Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan. Status : Penyelidikan Pendahuluan.
Lokasi : Jonggoljae kecamtan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan. Status : Penyelidikan Pendahuluan. Keterangan : Berupa Lensa-lensa.

Lokasi : Desa Alobanbair Kecamatan Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah. Status : Penyelidikan Pendahuluan. Analisa Kimia : CV=7.200 kkal/g.

Legenda
PropinsiKabupaten
Batu Bara
  Re-Draw Map

  

Batubara Tanjung Enim, Dari kolonialisasi Hingga Nasionalisasi

Batubara Tanjung Enim, Dari kolonialisasi Hingga Nasionalisasi

Minggu, 7 April 2013 | 17:55 WIB   ·   0 Komentar

Kawasan tambang batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Sumatera Selatan
Kawasan tambang batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Sumatera Selatan
Kunjungan penulis ke areal tambang batubara Tanjung Enim selama tiga hari membuka tabir sejarah yang cukup menarik. Hal ini dikarenakan tambang batubara Tanjung Enim merupakan salah satu tambang batubara tertua di Indonesia.
Sejarah mencatat, tambang batubara yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, ini telah beroperasi sejak awal abad 20. Dan sejak itu pula industri pertambangan Tanjung Enim turut melewati dinamika sejarah bangsa, yang juga mempengaruhi corak pengelolaan industri ‘emas hitam’ itu.
Dari Era Kolonial
Produksi sumber daya batubara di Tanjung Enim berawal dari temuan pihak kolonial Belanda pada pertengahan abad 19. Dalam sebuah dokumen pemerintah kolonial Belanda yang diterbitkan pada tahun 1859 disebutkan bahwa di sebuah daerah Karesidenan Basemah (atau Pagaralam kini) yang berada di tepian lintasan sungai Enim, ada masyarakat yang menggunakan bebatuan hitam sebagai perlengkapan rumah tangganya guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bebatuan hitam ini bisa diperoleh dari dalam tanah dan tepian sungai Enim.
Laporan dokumen ini ditindak lanjuti dengan kegiatan eksplorasi yang dimulai pada tahun 1895. Kegiatan eksplorasi ini dilakukan oleh sebuah kongsi dagang swasta lokal bernama Lematang Maatschappij. Namun, setelah eksplorasi itu selesai, pada tahun 1919 Pemerintah Kolonial Belanda mengambil alih areal tambang dari kongsi swasta tersebut.
Maka dimulailah pengelolaan tambang batubara Tanjung Enim oleh pemerintah Belanda dengan metode penambangan terbuka (open pit mining) di wilayah operasi pertama, yang dinamakan Tambang Air Laya (TAL). Kemudian, di tahun 1923 tambang Tanjung Enim beroperasi dengan metode penambangan bawah tanah (underground mining) hingga tahun 1940.
Setelah produksi batubara dikontrol secara total oleh pemerintah Hindia-Belanda, ratusan masyarakat Eropa (terutama Belanda) ramai-ramai bermigrasi ke Tanjung Enim untuk menetap dan bekerja di wilayah itu. Sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai teknisi di areal tambang. Sala satu teknokrat Belanda yang terkenal bernama Vulker, yang juga perancang Kantor Pengelola Tambang Hindia Belanda. Ia ditugaskan khusus oleh Kantor Jawatan Sipil Belanda di Batavia untuk membangun infrastruktur dan sarana penunjang bagi kegiatan warga Belanda di Tanjung Enim.
Tak berselang lama dari migrasi warga Eropa, Pemerintah Kolonial Belanda kemudian mendatangkan ratusan tenaga kerja dari Pulau Jawa untuk dimanfaatkan tenaganya sebagai buruh di tambang batubara Tanjung Enim. Gelombang kedatangan para ‘calon’ buruh dari Jawa itu tiba di Stasiun Tanjung Enim pada awal 1920-an. Mereka kemudian dikarantina di sebuah barak yang dinamakan “Karantine” atau Kampung Karang Tinah.
Beberapa tahun kemudian, generasi kedua dari kaum buruh asal Jawa ini berdomisili di daerah Talang Jawa yang berada dekat dengan pemukiman warga kulit putih. Pemukiman warga Eropa tersebut berada di sekitar Jalan Jurang.
Perkembangan industri tambang Tanjung Enim ternyata menjadi ‘magnet’ bagi para perantau terutama dari Jawa Tengah. Migrasi buruh besar-besaran kembali mendatangi Tanjung Enim antara tahun 1925-1940. Sebagian besar para buruh pendatang itu tidak diorganisir oleh Pemerintah Kolonial.
Gelombang migrasi ini kemudian menempati wilayah Karang Rejo yang terletak di sebelah barat areal tambang dan daerah Tegal Rejo yang terletak di sebelah timur lokasi penampungan batu bara. Banyaknya para buruh pendatang dari Jawa ini juga berpengaruh pada corak kultural masyarakat Tanjung Enim puluhan tahun kemudian. Salah satunya tampak pada bahasa yang digunakan masyarakat Tanjung Enim dan juga Palembang pada umumnya, yang merupakan kombinasi dari dialek Melayu, Minang dan Jawa.
Pergolakan kaum buruh juga sempat terjadi di tambang Tanjung Enim pada tahun 1930. Ketika itu terjadi kerusuhan yang digerakkan kalangan buruh akibat minimnya kesejahteraan sebagai dampak dari krisis ekonomi dunia (Malaise). Pimpinan Administrasi Kolonial Tanjung Enim menindak secara represif kerusuhan itu dengan memenjarakan para buruh di sebuah bangunan yang ada di bagian utara barak Karantine. Bangunan ini bernama ‘Obach’ yang berarti lembaga pemasyarakatan. Masyarakat Tanjung Enim kemudian menamakan bangunan penjara itu “Bedeng Obak”.
Kemerdekaan Dan Nasionalisasi
Angin kemerdekaan Indonesia yang di proklamirkan tahun 1945 juga berhembus kencang di tambang batubara Tanjung Enim, Dipelopori oleh kaum buruh dan karyawan warga Indonesia, perjuangan menuntut perubahan status tambang Tanjung Enim dari tambang milik kolonial menjadi pertambangan nasional pun gencar dilakukan.
Akhirnya pada tahun 1950, Pemerintah Bung Karno pun menasionalisasi tambang batubara Tanjung Enim yang sebelumnya dimiliki oleh pemerintah kolonial dan menyerahkan pengelolaan tambang itu kepada perusahaan milik negara (BUMN) yang bernama Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA).
PN TABA inilah yang di tahun 1981 berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama baru, PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA). Pada tahun 1990, Pemerintah Orde Baru menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan PTBA guna mempercepat pertumbuhan produksi batubara perseroan.
Kini, tambang batubara Tanjung Enim yang dikuasai PTBA tercatat memiliki sumber daya sebesar 6,36 miliar ton serta reserve 1,59 miliar ton batubara. Sementara kapasitas produksi tambang ini sebesar 20 juta ton per tahunnya (Corporate Secretary PTBA, 2012).
Tahun lalu, PTBA mengalokasikan 60% dari produksi batubara Tanjung Enim untuk kebutuhan nasional, khususnya bagi kebutuhan akan pasokan bahan bakar pembangkit listrik (PLTU). Hal ini agak berbeda dari perusahaan tambang batubara swasta yang mengekspor sebagian besar produksi batubaranya ke pasar internasional.
Orientasi PTBA selaku BUMN ‘penguasa’ batubara Tanjung Enim untuk memenuhi kebutuhan batubara domestik tetap harus dipertahankan. Ini bukan sekedar bagian dari tanggung jawab perseroan terhadap bangsa, melainkan juga pelaksanaan pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 yang mengamanatkan penguasaan sumber alam strategis oleh negara serta penggunaannya bagi kemakmuran rakyat.
Hiski DarmayanaJurnalis Pertambangan dan kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)


Sumber Artikel: http://www.berdikarionline.com/opini/20130407/batubara-tanjung-enim-dari-kolonialisasi-hingga-nasionalisasi.html#ixzz2ZAxtzDL6
Follow us: @berdikarionline on Twitter | berdikarionlinedotcom on Facebook

POTENSI BATU BARA DI SUMATERA SELATAN


POTENSI BATU BARA DI SUMATERA SELATAN 
 
Potensi Batu Bara yang di miliki Provinsi Sumatera Selatan di ketahui mencapai sekitar 85% dari total cadangan yang terkandung dalam bumi Sumatera, atau sekitar 22,24 milyar ton. Dalam program Sumatera Selatan sebagai lumbung energi nasional, energi Batau Bara diposisikan sebagai salah satu sumber energi alternatif pasca minyak bumi.
Lokasi: Kabupaten Lahat, Kabupaten Muaraenim, Kabupaten Musibanyuasin, kabupaten Musiwaras
PRODUKSI 2010 (TON)78.310.115
PRODUKSI 2009 (TON)12.433.481
PRODUKSI 2008 (TON)10.410.772
PRODUKSI 2007 (TON)9.276.372
PRODUKSI 2006 (TON)9.250.913

Sumber Data:
Profil dan Peluang Investasi di Sumatera Selatan
Badan Promosi Dan Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi Sumatera Selatan
Jl. Jendral Sudirman KM 4,5 No. 90 Palembang 30128
Telp 0711-411007
Fax 0711-411199

Updated: 09-7-2013

Legenda
PropinsiKabupaten
Batu Bara
  Re-Draw Map

Friday, July 12, 2013

Daerah Usul Royalti Batu Bara Jadi 25 Persen

  • Kamis, 11 Juli 2013 | 10:48 WIB
Ilustrasi: Tambang batu bara. | KOMPAS/ADHITYA RAMADHAN

JAKARTA, KOMPAS.com —
Upaya pemerintah pusat untuk mengenakan tarif royalti lebih besar kepada perusahaan batu bara mendapat sambutan dari pemerintah daerah. Bahkan, Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) mengusulkan agar pemerintah mengerek tarif royalti batu bara menjadi 25 persen, baik ke perusahaan tambang pemegang izin usaha pertambangan (IUP) maupun pemegang perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B).
Usulan Apkasi ini disampaikan oleh Ketua Apkasi Isran Noor, Rabu (10/7/2013). Pertimbangan Irsan, selama ini pemerintah pusat dan daerah tidak mendapat banyak manfaat dari upeti yang diberikan perusahaan batu bara karena nilainya terlalu kecil. "Perusahaan kan hanya sebagai operator, pemiliknya tetap negara. Seharusnya bayarannya pun semakin besar," ungkap Irsan saat dihubungi KONTAN.
Sekadar mengingatkan, pemerintah pusat sejatinya sudah menyampaikan usulan kenaikan royalti batu bara ini kepada DPR. Namun, usulan pemerintah hanya naik menjadi 13 persen. Itu pun hanya diberlakukan terhadap perusahaan pemilik IUP. Selama ini perusahaan batu bara pemegang IUP terkena tarif royalti 3 persen-7 persen.
Usulan Apkasi ini tampaknya bakal sebatas wacana. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro menyebut persentase kenaikan royalti yang diusulkan Apkasi terlalu tinggi. Ia khawatir tarif royalti yang tinggi ini akan memberatkan perusahaan batu bara.
Terlebih lagi, selain royalti, perusahaan tambang batu bara juga dibebani pajak. "Pajak PKP2B itu bahkan ada yang 45 persen. Jadinya bisa mematikan industri pertambangan batu bara kalau royaltinya sebesar itu," kata Bambang kepada KONTAN, Rabu (10/7/2013).
Wakil Ketua Komisi XI Harry Azhar Azis menilai usulan Apkasi ini wajar dan rasional. Anggota Fraksi Partai Golkar ini pun menyarankan agar Apkasi menyampaikan usulan tersebut saat pemerintah dan DPR tengah membahas RUU Perimbangan Keuangan. Bahkan, Harry mengusulkan dalam kontrak pertambangan di suatu daerah, pemda setempat mendapatkan 20 persen golden share secara gratis.
Usulan Harry mendapat dukungan dari anggota Komisi XI asal PDI-P, Maruarar Sirait. Hanya saja ia berpendapat momen usulan tersebut sebaiknya dilakukan setelah pemberlakuan tarif IUP baru pada 2014 mendatang. "Kalau yang PKP2B royaltinya sudah 13 persen," tandas Maruarar.
Diskusi kenaikan tarif ini jelas membuat pengusaha batu bara jengah. Supriatna Sahala, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia (APBI), berpendapat, kebijakan pemerintah menaikkan royalti IUP menjadi 13 persen sudah memberatkan industri.
Ia mengklaim kebijakan tersebut akan membuat banyak perusahaan tutup. Hal tersebut mengingat bahwa harga batu bara saat ini sedang melemah karena permintaan pasar sedang lesu. (Margareta Engge Kharismawati, Anna Suci Perwitasari)

PTBA Bukukan Penjualan 8,79 Juta Ton Batu Bara

Kamis, 11 Juli 2013, 16:05 WIB
Komentar : 0
Antara
PT Bukit Asam
PT Bukit Asam
REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Di tengah anjloknya harga batu bara di pasar internasional, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berhasil membukukan penjualan batu bara Semester I 2013 sebanyak 8,79 juta ton.
Direktur Utama PTBA Milawarma,  mengatakan walau harga jual batu bara di pasar dunia mengalamipenurunan, PTBA tetap merealisasikan penjualan sesuai dengan kontrak yang telah dicapai dengan beberapa para pembeli asing dan dalam negeri. "Hingga Juni, perseroan telah menjual sebanyak 8,79 juta ton batu bara," ujar Milawarman di Palembang, Kamis (11/7).

Menurutnya, penurunan harga batu bara tidak mempengaruhi rencana pengembangan usaha yang telah menjadi target dalam rapat umum pemegang saham yang lalu. Pada tahun ini perseroan merencanakan peningkatan kapasitas pelabuhan Tarahan serta peningkatan kemampuan sandar kapal.

Sekretaris Perusahaan Joko Pramono menambahkan angka 8,79 juta ton tersebut menunjukkan terjadi peningkatan penjualan yang cukup tinggi bila dibandingkan priode yang sama tahun 2012. “Angka tersebut meningkat sekitar 19 persen dari periode yang sama tahun 2012 yang lalu,” ujarnya.

Joko juga menjelaskan, hingga saat ini perseroaan masih melakukan koordinasi dengan sejumlah anak perusahaan sebelum mengeluarkan rilis kinerja keuangan perseroan selama semester pertama 2013. “Untuk kinerja keuangan sampai saat ini masih dalam proses konsolidasi dengan anak perusahaan. Kalau sudah siap, segera akan dipublikasikan,” tambahnya.

Lebih jauh Joko menuturkan, tahun 2013, BUMN pertambangan batu bara ini menargetkan dapat mengkapalkan sekitar 20 juta ton batu bara ke pasar domestik dan mancanegara. Sementara tahun sebelumnya perseroan membukukan pencapaian produksi dan pembelian 15,61 juta ton atau naik 13 persen dari tahun sebelumnya. Sementara penjualan mencapai 16,28 juta ton atau naik 21 persen.

Thursday, July 4, 2013

PTBA teken kontrak pasokan 51,8 juta ton batubara

This content was sent by Ferry using Format Dynamics' eco-friendly CleanPrint/Save. Enjoy!
Message: News
 
PTBA teken kontrak pasokan 51,8 juta ton batubara
PTBA teken kontrak pasokan 51,8 juta ton batubara

PTBA teken kontrak pasokan 51,8 juta ton batubaraBerita TerkaitPTBA akan bahas dividen dengan Kementerian BUMNHarga saham naik, PTBA urungkan buyback sahamLaba PTBA di tahun 2012 turun 5,8%Lakukan efisiensi, saham PTBA masih menarikTarget pendapatan PTBA Rp 14 TriliunJAKARTA. PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) menandatangani kontrak penjualan 51,8 juta ton batubara kepada PT Indonesia Power. PTBA akan memasok batubara berkalori sekitar 5.000 kcal/kg untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Banten.Kontrak tersebut berjangka waktu 10 tahun, terhitung mulai 1 Januari 2013 hingga 31 Desember 2022. Adapun harganya akan disesuaikan berdasarkan kesepakatan setiap tahun antara kedua pihak."Penetapan harga mengacu pada harga batubara acuan (HBA) yang ditetapkan pemerintah dan biaya angkutan kereta api dari lokasi tambang menuju pelabuhan," tutur Sekretaris Perusahaan PTBA Joko Pramono kepada wartawan di Jakarta, Kamis (14/3).PTBA memang telah menjadi pemasok batubara ke PLTU Suralaya sejak PLTU ini mulai beroperasi.Pada tahun lalu, PTBA juga telah menandatangani kontrak jangka panjang pasokan batubara sebesar 223,1 juta ton. "Masing-masing, 150 juta ton untuk masa 25 tahun dengan PT Huadian Bukit Asam Power sebagai bahan bakar PLTU Banko Tengah 2x620 MW di mulut tambang Tanjung Enim," ucap Joko.Selain itu, PTBA menyediakan 68,6 juta ton batubara untuk masa 30 tahun dengan PT Pupuk Indonesia. Batubara itu akan digunakan untuk PT Pupuk Sriwijaya di Palembang, PT Pupuk Iskandar Muda di Aceh, dan PT Pupuk Kijang di Indramayu. Ada pula kontrak 4,5 juta ton batubara dengan PT Sumber Segara Primadaya sebagai pasokan untuk PLTU Cilacap di Jawa Tengah, mulai 2012 hingga 2016.Pada Mei 2012, PTBA juga menandatangani perjanjian interim jual beli batubara dengan PT PLN. Batubara ini untuk volume pasokan tahun 2012 sebesar 2,3 juta ton.

Bayan raih kontrak jual beli batubara 1,5 juta ton

This content was sent by Ferry using Format Dynamics' eco-friendly CleanPrint/Save. Enjoy!
Message: News
 
Bayan raih kontrak jual beli batubara 1,5 juta ton
Bayan raih kontrak jual beli batubara 1,5 juta ton

Bayan raih kontrak jual beli batubara 1,5 juta tonJAKARTA. PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menandatangani perjanjian jual beli batubara dengan GNPower Mariveles Coal Plant Ltd Co. Dari perjanjian yang terjadi pada 18 Januari 2013, Bayan akan memasok batubara kurang lebih 1,5 juta ton per tahun kepada GNPower.Perjanjian jual beli tersebut akan berlaku selama 12 tahun ke depan. "Perjanjian ini terhitung sejak tahun 2016 tergantung kepada GNPower mencapai financial closure dalam proyek pada 31 Desember 2013," ujar Jenny Quantero, Direktur Bayan Resources dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Jumat (25/1).GNPower adalah perusahaan Filipina yang bergerak dalam bidang pengembangan, pembiayaan, pembangunan, pengoperasian dan kepemilikan atas pembangkit listrik tenaga batubara (coal-fired power plant) dengan kapasitas 2x300 megawatt (MW). Perusahaan yang berdiri pada Maret 2007 ini juga memiliki pelabuhan khusus yang berlokasi di Mariveles, Bataan, Filipina.Jumat (25/1), harga saham BYAN ditutup melemah 0,56% di Rp 8.950 per saham.

Produksi Batubara Diprediksi Mencapai 400 Juta Ton

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia memprediksi, realisasi produksi batubara sampai akhir tahun 2013 mencapai 400 juta ton. Hal ini seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas tambang tersebut mulai pertengahan tahun nanti.
Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia Bob Kamandanu menyampaikan hal itu, usai menghadiri jumpa pers yang diselenggarakan Komite Kerja Lintas Asosiasi Pertambangan, Senin (15/4/2013), di Hotel Sultan, Jakarta.
Bob menjelaskan, realisasi produksi batubara triwulan pertama tahun 2013 sebanyak 93 juta ton atau rata-rata 31 juta ton per bulan. Sampai akhir tahun ini, realisasi produksi batubara diperkirakan mencapai 400 juta ton, lebih tinggi 20 juta ton dibandingkan realisasi produksi batubara tahun lalu yang sebanyak 380 juta ton.
Pihaknya mengeluhkan rendahnya penyerapan hasil produksi batubara untuk pasar domestik. Saat ini konsumen terbesar batubara di dalam negeri adalah PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Karena keterlambatan pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap yang menjadi bagian dari proyek percepatan 10.000 megawatt tahap satu, maka permintaan batubara nasional pun masih rendah.

Batubara secara umum

Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.

Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.

Materi pembentuk batu bara
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Penambangan

Tambang batu bara di Bihar, India.
Penambangan batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara digunakan sebagai bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan baja.[1]

Tambang batu bara tertua terletak di Tower Colliery di Inggris.

Kelas dan jenis batu bara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.

Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Pembentukan batu bara
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:

Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.

Batubara

Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.

Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.

Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.

Foto tambang

Tambang di Lahat

coal sumatera

Kumpulan informasi seputar batubara khususnya di Sumatera

coal sumatera

Kumpulan informasi seputar batubara khususnya di Sumatera

coal sumatera

Kumpulan informasi seputar batubara khususnya di Sumatera